Saturday, November 26, 2016

Nostalgia Resident Evil 3 | Nemesis

Halo semuanya, setelah sekian lama saya tidak menulis karena kebuntuan, akhirnya nulis lagi. Kali ini saya ingin membahas salah satu game horror jaman PS1 masih berjaya yaitu Resident Evil 3 Nemesis.



Resident Evil 3 Nemesis, kalau di Jepang dikenal dengan nama Bio Hazard 3 : The Last Escape adalah game keluaran versi ke 3 dari Capcom  yang dirilis untuk konsol Play Station / PS1 di tahun 1999. Walaupun saya baru memainkan di tahun 2006. Hehehe lama sekali ya. Game ini masih memakai engine yang sama dengan Resident Evil 2 ( RE 2) dengan memakai fixed camera angles.



Game ini mengambil tempat dan jalan cerita sebelum dan sesudah RE 2. Resident Evil 3 menceritakan tentang seorang polisi wanita ( eks member STARS) bernama Jill Valentine yang terjebak di Racoon City harus berjuang melawan para Zombie dan sebuah Bio Organic Weapon ( BOW ) yang bernama Nemesis. 

Nemesis diciptakan untuk memburu dan membunuh para anggota STARS yang masih hidup supaya aib yang dibuat oleh Umbrella Corp agar mereka tidak disalahkan atas keterlibatan mereka atas kehancuran kota yang satu ini.



Di perjalanannya, Jill akan bertemu banyak hal, mulai dari bertemu Carlos Oliviera, yang bakal menjadi sidekicknya di perjalanan nanti, karena Jill akan terinfeksi virus, dan si Carlos bakalan kita mainkan sebentar untuk misi membawa serum karena Jill terinfeksi  T-Virus. Perjuangan mereka untuk bisa keluar dari Racoon City memang tidak mudah.

Karena saat berjuang agar bisa kabur lewat Helikopter, ternyata Nemesis selalu menjadi batu sandungan. Selain karena Helikopter dihancurkan oleh Nemesis memakai RPG,  Nemesis bukan lawan yang mudah dikalahkan. Saya mencoba memainkan lagi, dan sensasi saat bertemu dengan Nemesis masih sama seperti saat memainkan game ini pertama, sama – sama menegangkan.



Dari segi gameplay, tidak banyak perubahan dibanding Resident Evil 2 sebelumnya.  Game ini lebih mempertahankan segi action gameplay seperti di game Resident Evil 2. Ada berbagai macam senjata yang bisa digunakan di setiap ancaman yang berbeda.  Salah satu senjata yang saya suka adalah RPG dengan peluru asam ( warna kuning ) atau Es ( warna biru ) karena sangat efektif dalam mengalahkan bos terakhir.

Untuk dunianya sendiri ditampilkan dalam skala yang lebih luas dibandingkan game sebelumnya. Kalau di RE 2 kita diajak untuk mengetahui kondisi awal terjadinya zombie menyerang Racoon City, di RE 3 kita bakal diajak untuk melihat langsung kerusakan Racoon City yang disebabkan oleh Umbrella Corp. Jadi saat memainkan Jill di RE 3, paling tidak kita bakal merasa seperti saksi mata dari kehancuran kota ini.

Selain itu RE 3 membawa kita ke tempat sebelumnya di RE 2, yaitu di kantor kepolisian Racoon City ( RPD ). Di sini diperlihatkan apa yang terjadi setelah Petualangan Leon dan Claire. Yang membedakan dengan RE 2 adalah tidak sekedar menjelajahi sudut ruangan yang beberapa masih sama dengan sebelumnya, hanya puzzle yang digunakan saja yang berbeda, dan hal – hal perubahan lainnya kalau kalian memainkan game ini kembali. Keren pokoknya.



Satu hal yang jangan dilupakan. Apa itu? Tentunya Nemesis!. Salah satu nilai jual daripada game ini, selain yang menyebalkan karena susah dikalahkan tentunya. Kehadiran BOW yang satu ini sungguh menyulitkan misi yang dijalani oleh Jill karena  BOW ini selalu memburu  Jill  dan juga menggagalkan rencana Jill untuk kabur, ingat saat Helikopter ditembak memakai RPG, Di kereta listrik tiba – tiba saja muncul walaupun akhirnya memang dihadang oleh Nicholai agar Jill dan Carlos bisa kabur, Dihadang di Jembatan dan masih banyak lagi pula. 

Tidak bisa dipungkiri Nemesis menjadi daya tarik dari game ini. Karena ada elemen kejutan di game ini. Dikejar terus menerus membuat yang memainkan harus mencari jalan keluar agar bisa kabur dan menyelamatkan diri. Membuat kita yang memainkan harus berpikir mengenai senjata apa yang harus digunakan agar bisa mengalahkannya.

Memang sulit, tapi saya akui dengan kehadiran Nemesis membuat game ini terasa seru dan menegangkan. Kalau bisa dibilang Nemesis adalah salah satu musuh yang saya sukai dari beberapa game horror yang sudah saya mainkan.

Berkat adanya Nemesis, di setiap pertemuan dengannya, memberikan mekanisme unik yaitu bisa memilih keputusan mana yang harus diambil, sebgai contoh saat di depan Kantor Polisi Racoon City, antara memilih kabur masuk ke dalam kantor, atau memilih melawannya.



Pilihan ini memberikan keuntungan dan kelemahan pula, misal seperti pilihan diatas, apabila memilih untuk melawan lansung dan menang , dengan catatan main di mode hard , akan memberikan komponen senjata tertentu, yang nantinya dikumpulkan / dicombine akan menjadi sebuah senjata tertentu, yang jelas lupa senjata apa.

Salah satu perbaikan yang ada di game ini dibanding game sebelumnya adalah Jill  bisa menghindar. Dimana di game RE 2 Leon atau Claire terlihat begitu lemah menghadapi para zombie yang tidak memiliki otak. Di RE 3 Jill tampil sebagai karakter yang lebih cerdas dan lincah dalam menghadapi para zombie maupun BOW.

Di game horror manapun pasti ada namanya puzzle. Pada RE 3, puzzle yang menyebalkan menurut saya ada 2, yaitu Water Level Puzzle dan Vaccine Puzzle.  Di Water Level Puzzle intinya hanya memastikan setiap bagian puzzle A, B dan C dikombinasikan dan diatur sehingga bisa membentuk pola tertentu yang dibutuhkan. Sangat menuntut Trial dan Error namun tidak ada tombol reset.



Sementara pada Vaccine Puzzle menurut saya sedikit lebih mudah ketimbang Water Level Puzzle walaupun tetap menyebalkan. Agar 3 keran kecil (keran I , II dan III ) dan 2 keran besar  ( keran A dan B ) yang harus diputar agar 2 indikator bisa di level yang sama agar vaksin yang dibuat bisa sempurna, karena digunakan untuk mengobati Jill yang terinfeksi T – Virus setelah diserang oleh Nemesis.


Satu lagi yang membedakan dari game ini adalah hanya ada 2 mode , yaitu easy dan hard. Memainkan mode easy, sudah jelas pasti bisa lah, kalau sampai tidak tamat itu kebangetan, hehehe. Cupu.  Memainkan mode Hard berarti harus siap dengan senjata yang lebih sedikit dan terbatas amunisinya, bertemu dengan Nemesis yang lebih ganas dan banyak tantangan lainnya.

Hal menyebalkan lainnya dalam memainkan game ini adalah harus bolak balik dalam mengambil item dan tool penting  maupun senjata di beberapa tempat. Capcom pasti mengerjai semua yang pernah memainkannya, itu sih yang saya rasakan.



Terakhir dari saya. Fakta bahwa game  klasik ini meninggalkan kesan di benak saya, kenapa di Resident Evil 5 dan 6 tidak begitu terasa horror dan puzzlenya ?? Capcom terasa hanya memperkuat unsur Action saja tanpa memperhatikan unsur cerita bahkan tidak berasa horror sama sekali.

Padahal cerita juga merupakan hal penting dalam suatu game. Percuma grafis luar biasa bagus dan jernihnya kalau cerita hanya biasa saja.  Saya harap Resident Evil selanjutnya bakal lebih baik dari segi cerita , horror dan gameplay yang harus oke.  

Terima kasih sudah membaca.




Wednesday, November 16, 2016

Nostalgia Final Fantasy 8 | Meteor Garden-nya Final Fantasy

Para gamer 90-an termasuk saya, pasti inget dengan game Final Fantasy 8. Ya, salah satu game di mana Square Enix  (dulu bernama Squaresoft) selalu membuat game – game RPG yang keren (dan semoga Final Fantasy XV pun demikian).  Final Fantasy 8 adalah game RPG (Role Playing Games) yang diterbitkan khusus buat PS1 dan pada windows pula akhirnya.

Menceritakan  sekelompok tentara bayaran (yang disebut SeeD)  yang terjebak dalam suatu konflik internasional yang dbuat oleh seorang penyihir bernama Edea, dan berusaha menghentikan perang tersebut.


Menurut Wikipedia, dari 3 minggu awal rilis game ini , sudah terjual sebanyak 50 juta kopi. Sangat luar biasa. Final Fantasy versi ini mengalami banyak perubahan dibanding versi sebelumnya. Mulai dari segi cerita, desain karakter yang lebih fashionable, bahkan menurut saya karakter utamanya mirip dengan anggota  boyband. Bahkan theme songnya itu loh, masih terngiang di kepala saya. Hehe.

Dan untuk yang ingin memainkan game ini lagi, jangan khawatir karena sekarang sudah ada versi PC yang dirilis di steam. Hal ini menunjukkan bahwa game ini bisa bertahan di tengah gempuran game-game-game jaman sekarang dengan grafik yang sudah canggih.

Oke, berbeda dengan versi sebelumnya, di versi ini Squaresoft tampak mencoba hal baru, karena berani memasukkan unsur remaja ke dalamnya, baik dari segi cerita, karakter dan dunianya. Contoh aja si Squall, mirip banget kan dengan personil boyband korea, sangat fashionable.

Jala ceritanya adalah ada sebuah sekolah militer yang namanya  Balamb Garden dimana para siswanya dididik untuk menjadi prajurit militer bernama SeeD. Nah See Dini menjalankan misi khusus pesanan dari Client. Namun akhirnya SeeD sendiri untuk melawan sosok penyihir Edea yang bisa membahayakan dunia. Menurut saya Garden ini mirip sekolah sihir Hogwart, namun tetap ada sihir walaupun dengan kesan modern.


Penulisan cerita game ini lebih berpusat pada karakter utama si Squall dan pandangannya terhadap dunia sekitar dan perasaannya terhadap tokoh lain seperti apa,  bahkan si Squall  ngomong dalam hati pun kita bakalan tahu karena ada tulisannya. Seperti sinetron.

 Terutama pas romansa Squall dan Rinoa, yang saya rasa salah satu romansa yg epic di dunia RPG, romansa yang pas dan ga berlebihan. Walaupun di bagian lain ada plot di luar romansa yang dipaksakan.

Ngomongin karakter utama dalam semua Final Fantasy, menurut saya Cuma si Squall yang paling stylish dan ganteng. Selama saya main, saya merasa si Squall sebagai seorang yang dingin selama menjalankan misi, namun semua berubah semenjak ada si Rinoa datang dia menjadi lebih terbuka, karena begitulah jatuh cinta.

Ada sebabnya kenapa si Squall bisa sedingin itu, saya baca di wikipedia, Squall tumbuh dalam sebuah rumah yatim piatu bersama dengan beberapa karakter utama seperti Zell, Seifer, Selphie, Irvine dan Quistis.

Squall Cuma ingat beberapa kenangan masa lalunya, hal ini menyebabkan ia untuk mengembangkan penghilangan emosi, bocah dengan sifat tertutup (tujuan awal Squall adalah menjalani hidup tanpa hubungan emosional dan ketergantungan pada orang lain. Untuk karakter lainnya mungkin saya tulis di lain kesempatan karena lumayan kepanjangan kalau dibahas di sini.

Untuk gameplay, di Final Fantasy 8 ini berbeda sekali dengan versi sebelumnya karena pada Battle System ada yang namanya Junction. Junction yaitu dimana saat memakai (GF) Guardian Force tertentu bisa menggunakan skill magicnya juga seperti item atau equipment. Bahkan dengan GF tertentu bisa juga mendapatkan stats khusus pula, misal mendapatkan HP+ 40% dan sejenisnya.


Masing – masing GF yang disjunction memberikan kemampuan dan skill yang berbeda tergantung GF tersebut memakai elemen beserta magic yang digunakan.  Untuk beberapa orang, termasuk saya, system junction sangat rumit untuk dipahami jadi memang tidak mudah menemukan formula GF harus di-junction sama siapa harusnya.



Untuk dunia Final Fantasy 8 sendiri saya rasa sedikit ringan dan lebih cerah ketimbang seri sebelumnya. Saya rasa memang game ini untuk market yang lebih muda.  Selain itu dunia tersebut menawarkan dunia yang lumayan beragam. Ada kota Balamb, kota yang terletak di tepi pantai.

Ada pula Timber kota yang sering dilalui banyak jalur kereta api. Ada desa Winhill yang sunyi tapi sering diganggu monster. Ada  kota Esthar yang futuristik. Dan jangan lupa Deling City , kota yang menurut saya seperti Paris-nya Final Fantasy 8.



Selain itu yang selalu saya tunggu  adalah FMW yang ditampilkan. Bagus kok ceritanya, sayangnya FMW nya tampak terlalu kaku, terutama di model karakter , bentuknya rata –rata polygon. Kok rasanya seperti tempelan. Hehehe. Saya rasa kalo dipoles lebih baik saja FMW nya game ini bakal bagus banget, karena saya merasa muak lihat karakternya bermuka datar kotak – kotak. Walaupun dimaklumi untuk jaman segitu sudah sangat indah.

Yang terakhir tentu saja jangan lupa tentang musiknya. Terutama yang berjudul Eyes On Me. Lagu ini saking bagusnya di Youtube sampai banyak yang mengcover, dan sampai dinyanyikan di konser orkestranya Adi MS. Videonya ada di bawah ini .




Tetapi yang terbaik yang menyanyikan lagu ini adalah Faye Wong. Bahkan kalau kalian datang ke tempat karaoke saya jamin lagu ini pasti ada. Dan berdasarkan pengalaman pribadi saya , saya pernah kondangan ke acara pernikahan lagu ini sampai dinyanyikan. Amazing pokoknya. Serius.

Lagu ini memiliki lirik yang berhubungan dengan jalan cerita di dalam game. Benar-benar menggambarkan perasaan Squall ke Rinoa dan sebaliknya. Selain Eyes on Me, Music scoring-nya juga bagus dan epic sekali, karena ini adalah mahakarya dari composer Legendaris, Nobuo Uematsu, yang juga memegang music scoring dari versi sebelum sebelumnya.



Ingat bagaimana trio Laguna, Kiros, dan Ward bertarung dengan diiringi lagu “The Man with the Machine Gun”, dan juga “The Landing “ yang menjadi music score untuk pertempuran yang menegangkan di Dollet, atau music score “Balamb Garden” yang membuat kita yang mendengar serasa rileks sambil minum teh manis di kantin Balamb Garden.

Sampai hari ini saya masih menganggap Final Fantasy 8 yang paling baik diantara game – game Final Fantasy yang lain, beda tipis lah dengan yang Final Fantasy 9. Salah satu penyesalan saya akan game ini adalah saya baru sampai ke Disc 3 dan akhirnya rusaklah Disc tersebut karena suatu hal. Yang pasti kalau ada kesempatan saya pasti memainkannya lagi.

 Sumber :
1.https://id.techinasia.com/nostalgia-review-final-fantasy-viii.
2.https://id.techinasia.com/talk/opini-8-alasan-mengapa-final-fantasy-viii-adalah-final-fantasy-terbaik.
3.https://id.wikipedia.org/wiki/Squall_Leonhart
4.https://id.wikipedia.org/wiki/Final_Fantasy_VIII







Tuesday, November 15, 2016

Final Fantasy IX - Terlalu Manis Untuk Dilupakan.

           Halo semuanya, gamer 90-an pasti kenal ama game Final Fantasy IX, Seri ini adalah seri terakhir Final Fantasy untuk game PS1/PSX. Akhirnya setelah 16 tahun Square Enix merilis seri Final Fantasy terakhir Playstation 1 ini di PC menyusul Final Fantasy VII dan Final Fantasy VIII yang juga dirilis untuk platform PC pada tahun 1998 dan 2000.

Memainkan Final Fantasy IX tentu saja  membawa memori saya  kembali ke masa-masa remaja yang hilang dimakan waktu begitu saja. Walaupun keterbatasan waktu membuat saya tidak berkesempatan untuk menyelesaikan game  ini lagi, namun berbagai elemen yang dihadirkan di awal permainan sudah cukup untuk menghidupkan masa lalu kembali.


Game ini  memiliki alur cerita yang kompleks. Yaitu mengisahkan  seorang  protagonis yang bernama Zidane Tribal harus menculik seorang putri kerajaan Alexandria yang bernama Garnet Til Alexandros XVII (Garnet). Menyamar sebagai  kelompok sirkus, Zidane dan teman-temannya memulai rencana untuk menculik Putri Garnet. Belum jelas motif Zidane menculik Garnet. Namun penculikan Garnet oleh kelompok berandal ini merupakan titik awal konflik FF IX. 

Saya merasa cerita FF IX sendiri berbeda dari semua seri FF. Seperti  film kolosal, FF IX menghadirkan serangkaian adegan perang yang intens dan begitu mengunggah dan music score yang melegenda. Demikian juga di bagian karakter yang saya rasakan saat bermain sangat unik dan berwarna. Karena Zidane si karakter utama sebenarnya juga bukan orang baik-baik, berbeda dengan Squal (FF8 ) dan Cloud (FF7).

Selain itu ada Steiner yang  ahli pedang dan Salah satu pengawal kerajaan , Eiko dan Garnet yang bisa melakukan summon Guardian Force, Vivi yang memiliki skill BlackMage, Quina dengan skill BlueMage-nya, hingga Amarant ahli MartialArts dan Freiya dengan skill Dragon Warrior yang begitu handal. Namun dari semua saya merasa Vivi yang paling unik. Karena sampai sekarang saya tidak tahu mukanya kaya apa? Hehehe. Terbaik lah dia pokoknya.

Gameplay menjadi elemen yang menarik banyak gamer untuk mencicipi FF IX, tidak terkecuali saya.Baik FF VII dan FF VIII sempat menghilangkan fitur armor untuk mengkustomisasi level karakter. Fitur khas FF dalam pertarungan pun sempat absen di kedua seri FF futuristik sebelumnya. Nah, FF IX kembali menawarkan gameplay Final Fantasy klasik (era FF I-VI). Dengan menghadirkan pertarungan dengan slot empat karakter dan fitur battle yang khas, FF IX mendapat banyak pujian karena kembali konsisten mengaplikasikan sistem pertarungan FF rasa klasik. Gameplay yang gampang dipahami namun tetap keren.

Game ini memakai sistem battle turn-based, jadi mengatur strategi jelas merupakan hal yang wajib dilakukan. Urutan memilih serangan ditentukan berdasarkan bar Active Time Battle (ATB) yang ada di samping indikator HP dan MP. Kecepatan ATB ini juga ditentukan oleh statistik karaktermu. Nah salah satu yang menarik di game ini adalah adanya mode trance. Mode ini bakal terjadi kalau garis bar / bar trance terisi penuh.

Cara mengisinya yaitu dengan cara membuat karaktermu terkena damage. Walaupun kalau Zidane memasuki mode trance pasti membuat kita yag main minimal tersenyum, karena mirip monyet telanjang.

Oke sekarang mengenai dunia dari Final Fantasy IX itu sendiri. Dunia di game ini terdiri dari makhluk humanoid yang menyerupai hewan. Contohnya adalah si Zidane.  Setting di game ini adalah fantasi dengan bumbu steampunk di dalamnya, jadi jangan heran melihat berbagai teknologi yang mirip dengan teknologi seperti dalam kisah fiksi dengan setting era kerajaan Inggris. Yang jelas saya lupa di era apa. 


Di sini pasti menemukan kota modern yang dipenuhi dengan airship yang beterbangan seperti Lindbulm, kota yang selalu diselimuti malam dengan kehidupan borju seperti Treno, atau desa yang sangat damai dan pastinya bisa menjadi tempat pensiun yang sempurna seperti Dali. Melalui penggambaran dunianya, Saya merasa game ini  memberikan kesan terhadap jenis atmosfer yang menarik yang jarang ditemukan dalam satu game. 

Banyaknya hal yang bisa dilakukan mulai dari bertarung melawan monster, bermain mini game kartu yang keren, mengumpulkan berbagai item, sampai membuka rahasia-rahasia lain dalam cerita membuat dunia Final Fantasy IX menjadi dunia yang  seru untuk dijelajahi.
Eh iya enaknya lagi di game ini bisa nge-save di jalan saat melakukan misi, yaitu bertemu dengan para Mogs, dan tentu bisa membeli item dari mereka juga, ibaratnya mereka buka lapak di situ ya, hehe..strategi marketing yang baik. Jadi kalau kehabisan tidak usah repot membeli di item shop.
Di tahun 2000-an awal , cutscene tidak bisa disampaikan dengan halus dan keren layaknya yang bisa kita temukan di game modern zaman sekarang. Jadi kalau ada adegan FMW bisa dianggap merupakah bonus dan hal yang dinanti-nanti. Di zamannya, Final Fantasy IX bisa dibilang merupakan salah satu game dengan kualitas penyampaian cerita paling epik. Saya jadi kangen masa-masa dulu awal-awal memainkannya. Sampai-sampai saya dicariin sama emak saya sambal bawa sapu lidi di Rental PS. Hehehe

Sebagai game yang lahir di tahun 2000, Final Fantasy IX menurut saya salah satu game yang memiliki grafis paling bagus di PS1. Game ini tidak terlihat terlalu kotak-kotak walaupun sudah 3D. Yyang membuat grafis di Final Fantasy IX betul-betul spesial bukanlah dari objek-objek 3D yang ada di game, melainkan pre-rendered background yang dimilikinya. Kualitas pre-rendered background di Final Fantasy IX dibuat dengan detail yang cukup menarik. 
Dan tidak lupa pula mengenai Music dari game ini yang bener-bener melegenda. Musiknya dibuat oleh Nobuo Uematsu, salah satu composer legendaris asal Jepang yang membuat musik-musik di FF IX luar biasa bagus dan memorable.  Saking bagusnya Musik FF IX  mendapat beberapa penghargaan khusus di Jepang. Bahkan, lagu tema FF IX--"Melodies of Life"--dinyanyikan oleh penyanyi lawas Emiko Shiratori

Bahkan beberapa set playlist musik FF IX sempat dibawakan dalam pertunjukan orkestra Addie MS yang dihelat pada tahun 2006 silam dalam konser yang bertajuk "Beginning of Fantasy".  Dan ada satu lagu lagi yang sampai dicover dan dibuatkan lirik oleh Kate Covington. Hasilnya sangat  luar biasa, dan hingga saat ini mungkin bisa dianggap sebagai salah satu cover OST Final Fantasy terbaik yang pernah ada.


Lagu ini bercerita tentang sorang Beatrix, seorang pengawal pribadi Queen Brahne.  Ia digambarkan sebagai seorang wanita yang cantik, jago pedang, namun harus mengorbankan perasaannya sendiri demi menjalankan tugasnya.

Setidaknya saya bahagia waktu remaja bisa memainkan game ini walaupun baru di tahun 2005 bisa memainkan. Tentunya music di game ini mengobati rasa kangen saya sampai-sampai saya download dan selalu saya putar di HP. Dan tentunya game ini akan saya mainkan kembali. Pasti.
Sumber :

Monday, October 31, 2016

8 Karakter Suikoden 2 Favorit Versi Saya

      Halo Semuanya , kembali membahas tentang Suikoden 2. Game bikinan konami yang punya cerita yang dramatis walaupun masih grafis 2D dengan gameplay yang menarik pula. Hal lain yang membuat game ini terasa menarik adalah karakter-karakter yang ada di dalamnya. Ada 108 karakter yang ada di pihak yang Anda mainkan, dan beberapa ada di pihak musuh. 108 karakter tersebut memiliki latar belakang, jalan cerita dan kemampuan beserta senjata yang berbeda pula. Saya merasa yang membuat menarik adalah saat saya memaikan, saya serasa mimiiki hubugan emosional dengan mereka.  Dari 108 karakter tersebut saya memiliki 8 karakter favorit menurut versi saya. Berikut daftarnya : 

1.  Riou Genkaku

      Riou adalah pemuda berumur  16 tahun yang berasal dari desa Kyaro yang menjadi karakter utama di game ini selain si Jowy dan Nanami, cucu angkat dari Genkaku, seorang mantan veteran perang.  Ia dituduh mengkhianati kesatuan unitnya, dan diusir dari desa kelahirannya.  Siapa sangka, pengusiran ini justru menjadi titik awal Riou menemukan kekuatan Bright Shield Rune dan memimpin pasukan  untuk menaklukkan rezim pemerintahan yang jahat dan kejam. 
       Sebenarnya nama karakter utama ini bisa diubah sesuai keinginan Anda yang memainkan. Namun dari pihak KONAMI sendiri nama “Riou” adalah nama resmi untuk karakter ini. Selama saya memainkan , sebenarnya karakter Riou ini punya kemampuan yang “cukup”, karena Rune nya hanya buat healing dan defend, kemampuan attack dan rune seimbang pula. Salah satu hal yang bisa saya dapat dari dia adalah tentang leadership yaitu tindakan jauh lebih berbicara ketimbang hanya berkata-kata semata.


2. Lord Shu

         Shu adalah ahli strategi dari Radat City. Dia adalah murid dari Mathieu Silverberg dari Suikoden 1. Dia merupakan salah satu dari beberapa karakter yang tidak bisa dimainkan saat pertempuran. Karena peran pentingnya, Riou dan pasukan bisa mengalahkan pasukan dari Highland Kingdom yang jumlahnya jauh lebih banyak. 
              Karena keahliannya, selain jago mengatur strategi berperang, Shu merupakan pedagang yang sukses  dan kaya raya serta dihormati di Radat City. Salah satu quote yang menarik buat saya adalah "Every lie contains the truth, and every truth contains a lie..." . memberikan padangan bahwa  kita melihat dunia ini tidak berdasarkan baik buruk sesuatu hal. Abu-abu, tergantung mau melihat dari sisi mana.




3    3. Flik

           Flik adalah salah satu dari beberapa karakter yang juga muncul di Suikoden 1. Buat kalian yang pernah main suikoden 1, begitu memainkan suikoden 2, Flik dan Victor muncul adala h kebetulan yang menyenangkan. Flik dijuluki si Petir Biru ( The Blue Lightning ) karena warna pakaian dan kemampuannya menggunakan Rune Lightning. 
           Pedangnya dinamai Odessa, nama gadis yang merupakan saudari dari Mathiu Silverburg. Yang menjadi cinta pertamanya, yang gugur dalam pertempuran di Suikoden 1.  Banyak quote menarik dari dia, namun salah satu yang menjadi favorit saya adalah "In combat, caution is the best weapon." 

1.      4. Victor 

        Viktor berasal dari North Window, kota yang hampir seluruh penduduknya tewas karena serangan drakula Neclord.  Dia berhasil melarikan diri dari hal tersebut, Viktor memutuskan untuk menjadi seorang "mercenary" alias tentara bayaran.  Bersama Flik, ia memiliki satu batalion tentara bayaran sebelum bergabung ke pihak Riou di dalam pertempuran.  Dalam game, dengan bantuan Star Dragon Sword, Viktor akhirnya berhasil membalaskan dendamnya dengan membunuh Neclord. 
         Selama saya main Suikoden 2, Victor sangat bisa diandalkan, apalag serangan duetnya bareng Flik, Salah satu karakter penting yang levelnya musti dinaikkan setinggi mungkin karena damagenya lumayan oke. Victor memiliki pedang bernama Star Dragon yang dipakai untuk mengalahkan drakula Neclord. Salah satu quote favorit saya adalah "A leader can't think that way. Everyone's fighting as hard as they can. They all have something they want to defend. You do too. Even if it's to save your life, there are some things you just don't do." Pokoknya berjuang sekuat  karena ada hal yang musti dipertahankan. 


1.     5. Richmond

             Kalau boleh dibilang dia adalah Detektifnya Suikoden. Sama seperti Lord Shu , berasal dari Radat City pula dan merupakan salah satu yang tidak bisa dimainkan di battle. Walaupun begitu saya sangat mengandalkan dia dalam mencari informasi terutama saat ingin merekrut karakter  SOD yang lain. 
         Untuk merekrutnya sebenarnya tidak susah, asal sudah mendapatkan koin dari pelayan rumah makan setelah atau sebelum kita kalah bermain melawan Richmond, dan anehnya saya tidak menyadari hal ini. Setelah frustrasi terus masuk ke dalam rumah makan dan berbicara dengan pelayan tersebuut baru kemudian bisa.  

1     6.  Pillika

          Pillika adalah gadis kecil yang berteman dengan Jowy, Nanami dan Riou setelah keluarganya menyelamatkan Jowy saat tenggelam di sekitar Toto River, setelah Jowy dan Riou terjun dari tebing dari Tenzen Pass agar bisa kabur dari pembantaian Highland Youth Brigade dari persekongkolan Luca Blight dan Captain Rowd. Pillika satu – satunya yang selamat dari kekejaman Luca Blight saat menghancurkan desa Toto, dan membuatnya yatim piatu setelah dia menyaksikan kedua orang tuanya, Marx dan Joanne dibunuh di depan matanya. 
            Dia bisa selamat karena ayahnya menyuruhnya untuk bersembunyi. Setelah markas Victor dkk dihancurkan juga oleh Luca Blight dan pasukannya, Pillika selalu diam saat mau mengatakan sesuatu karena dia Shock melihat Pohl mati di depan matanya dibunuh oleh Luca Blight. Kasihan ya.

7.    Jowy Atreides

            Jowy adalah sahabat baik Riou, berasal dari keluarga kaya di desa Kyaro walaupun saat dituduh pengkhianat kita tahu bahwa dia sudah tidak dianggap oleh keluarga Atreides, salah satu adegan memorable buat saya ketika dia mau ditangkap oleh pasukan Highland Kingdom dia hanya ingin melihat ibunya untuk yang terakhir kalinya walaupun tidak berhasil.   
            Di tengah-tengah pertempuran, ia mengkhianati Riou dan memutuskan untuk bergabung dengan Highland Army dan menjadi raja di kerajaan tersebut. Jowy memiliki "Black Sword Rune", sebuah rune dengan daya serang yang sangat mematikan.  Nasib karakter ini bergantung pada keberhasilan anda memenuhi sejumlah target dalam game.  Ia bisa terbunuh dalam pertempuran, atau menyadari kesalahannya dan hidup bersama dengan Riou, Nanami, dan Pilika dengan bahagia.

1.     8.   Luca Blight

        Tidak salah lagi dia adalah karakter antagonist yang paling saya benci di game ini. Saking bencinya karena susah sekali mengalahkannya walaupun menurunkan 3 party. Luca Blight tampil sebagai orang yang sadis, kejam , pemarah dan suka membunuh. Dia adalah tirani untuk Highland Kingdom, saking kejamnya , karena memiliki dendam pribadi dengan ayahnya yang notabene sang raja ,Agares Blight. Dendam pribadi tersebut timbul karena saat masa lalu, sewaktu di Kota Jowston,  ibunya diperkosa dan ayahnya tidak melakukan apapun saat diserang di kota tersebut, malah kabur.  
           Salah satu kekejamannya adalah saat di kota Ryube, yaitu dengan membakar seluruh kota dan membunuh salah satu penduduk wanita dengan 2 kali tebasan pedang walaupun si wanita tersebut sudah menuruti perintahnya untuk berpura – pura menjadi babi agar bisa selamat . Walaupun seakan tak terhentikan, kematiannya di tangan Dunan Army sudah direncanakan oleh kolaborasi Jowy dan Leon Silverburg.


Demikian  8 karakter favorit saya di Suikoden 2 , barangkali ada komentar lain silakan ya..hehe





Saturday, October 29, 2016

Nostalgia Suikoden 2


Halo semuanya, kali ini saya pengen berbagi cerita mengenai game yang sebenarnya harus saya mainkan pas kecil dahulu namun baru di tahun 2016 ini saya mainkan. Berbicara tentang game-game klasik konsol PS1, pasti ada kaitannya dengan game RPG. Salah satunya adalah Suikoden 2.  Menurut saya game ini adalah salah satu game JRPG (Japanese Role playing games) yang terbaik yang pernah dibuat. Walaupun yang bikin sebenarnya bukan dari spesialis RPG yaitu KONAMI.  Suikoden 2 atau Genso Suikoden 2  ini rilis pada tahun 1999, yang notabene di jaman itu banyak game-game RPG terbaik bermunculan, seperti Final Fantasy VIII dan IX.

Kalau bisa dibilang game ini boleh disebut sebagai Game of Thrones nya RPG. Dan berdasarkan beberapa informasi yang saya baca , game ini jadi Tolak ukur game-game JRPG lainnya. Walaupun dengan grafis 2 Dimensi, Suikoden 2 memiliki  gameplay yang sederhana dan jalan cerita yang lumayan dramatis, lebih tepatnya kalau menurut saya epic, bisa bikin nangis , tertawa dan juga marah (buat yang tahu siapa itu Luca Blight, :D).

Lebih uniknya lagi, Cuma di Suikoden bisa merekrut karakter atau disebut SOD (Stars of Destiny) sebanyak 108 orang. Game lain belum tentu bisa seperti itu, karakter yang direkrut akan memperngaruhi jalan cerita dari game yang dimainkan. Pastinya mempengaruhi ending cerita dari game ini pula. Walaupun faktanya ada karakter tertentu dari game sebelumnya (Suikoden 1) bisa muncul juga, dengan cara tertentu pula. Pokoknya mainkan dulu gamenya, saya tidak mau spoiler soalnya. :D

Jalan ceritanya , kalau boleh saya bilang, lebih realistis, emosional dan lebih mengena di hati. Karena biasanya tragedy tidak pernah dieksekusi dengan baik di game RPG seperti kematian yang lumayan gitu-gitu aja dan ditambah dengan music scoring yang sedih. Bedanya kalau di game ini ada 2 orang remaja pria yang bersahabat yang harus memilih jalan hidup yang berbeda, pokoknya lumayan emosional menurut saya. Saya merasa game RPG sekarang sudah ga ada lagi yang se-epic game ini.  Saran saya sih, sekali seumur hidup kalian mainkan deh.  

Gameplay Suikoden 1 dan 2 sama, yaitu ada 3 jenis Battle. yaitu battle biasa, duel battle, serta war battle. Ada perubahan sedikit di battle biasa yaitu masalah inventory item sekarang bisa dibawa secara ramai-ramai atau universal, kalau sebelumnya masing - masing. Untuk duel battle tidak ada perubahan. Sedangkan untuk war battle ada banyak perubahan. Kalau pada Suikoden 1, War Battle tampil dengan visual di medan perang yang mirip permainan batu gunting kertas, sedangkan untuk untuk Suikoden 2,  seperti game strategi, kita seperti dibawa masuk ke dalam medan peperangan. Sama seperti Suikoden 1 ada 3 jenis pasukan, yaitu pasukan pemanah, pasukan kavaleri dan pasukan infantri.  Masing – masig pasukan memiliki kelebihan dan kekurangan satu sama dengan yang lain. Bedanya, pasukan musti digerakkan kalau mau menyerang  musuh.

Agar sesuai dengan cerita, terkadang war battle tidak melulu pertempuran saja. Terkadang ditugaskan untuk membawa pasukan masuk ke dalam kota atau perbatasan agar menang dalam pertempuran. Walaupun bila sesuai dengan jalan cerita, terkadang harus kalah juga,  saya baru sadar hal ini setelah beberapa kali bertempur melawan beberapa jendral musuh dengan pasukan yang jumlahnya jauh lebih banyak pula (lupa namanya, hehehe).



Untuk di bagian item lebih saya perjelas bahwa dalam  inventory item, bila suatu karakter meninggalkan party, maka kita akan bingung karena tidak bisa memakai item tersebut, seperti di Suikoden 1, Victor yang membawa blinking mirror.  Untuk Suikoden 2 diganti dengan lebih universal. Selain itu, dalam Suikoden II satu karakter bisa memakai tiga rune sekaligus. Hal ini memberikan keleluasaan bagi para pemain dalam memodifikasi karakter. Perubahan lain dalam game ini adalah si karakter bisa berlari, di game sebelumnya musti memakai karakter khusus yaitu Stallion agar bisa berlari,  Di Suikoden 2 dari awal sudah bisa berlari , namun bila memakai Holy Rune, atau membawa si Stallion dalam party maka lari karakter kita akan lebih cepat lagi.

Perubahan lain yang juga menarik adalah adanya side quest dan mini game di sini. Mulai dari lomba panjat tebing, sidequest membantu si Clive menangkap Elza, sampai yang paling populer jelas sidequest lomba memasak. Saking bagusnya, bahkan beberapa sidequest tersebut memiliki jalan cerita sendiri yang jauh lebih menarik dan lucu pastinya. Menurut saya, Suikoden II  benar-benar merupakan sekuel dari Suikoden. Tidak hanya ceritanya yang berhubungan, mekanisme dari game ini juga sangat mirip dengan pendahulunya, namun dengan penyempurnaan yang lebih baik di beberapa bagian.  

Suikoden 2 masih ada hubungannya dengan Suikoden 1. Yaitu masih mempertahankan tema politik yang kental dan erbagai macam problem yang ditawarkan, mulai dari penghianatan,kisah peperangan,melawan ketidak adilan.  Bedanya game ini tidak hanya adaptasi fantasi dari novel Water Margin semata, tapi sudah terlihat seperti sebuah cerita yang berdiri sendiri meskipun memiliki tema yang mirip.
DI Suikoden 2 ini  kamu akan berperan sebagai seorang jagoan (di versi novel dia memiliki nama Riou Genkaku) yang bersama dengan sahabatnya, Jowy Atreides yang sedang bertugas di Tenzan pass bersama teman terbaiknya Jowy Atreides karena mereka tentara muda Unicorn Brigade yang  dikhianati oleh negara mereka sendiri. Satu malam sebelum mereka pulang ke kampung halaman sehabis perjanjian damai perang, kapten dan pangeran mereka, Kapten Rowd dan Pangeran Luca Blight, mengkhianati pasukan sendiri sekaligus melanggar perjanjian damai yang baru ditanda tangani. Pengkhianatan ini membuat perang mulai berlanjut kembali, ditambah lagi Riou dan Jowy difitnah oleh sang kapten dan pangeran sehingga mereka terasingkan dari negara sendiri.
Kejadian ini membuat Riou dan Jowy terlibat dalam intrik politik yang sangat kompleks hingga menyebabkan kedua sahabat ini harus berperang di pihak yang berbeda, meskipun memiliki tujuan yang sama, perdamaian. Terlalu panjang kalau saya ceritakan semua di sini, kalian yang baca harus memainkannya.

Berbicara mengenai Musik, Suikoden 2 memilik BGM (Background Music)  yang jauh lebih baik dari game sebelumnya. Saya merasa music yang dimainkan sangat memukau dan berkesan.  Setiap music sangat sesuai dengan emosi yang ingin dibangun, misalnya suasana perang, situasi dalam kota, kejadian sedih, lucu, semuanya terasa pas sehingga sensasi bermain game ini  jadi lebih lengkap dan memorable. Jangan heran kalau musik ini membuat yang dulu pernah memainkan bernostalgia lagi tentang keseruan Suikoden II. Bahkan sampai ada yang meng-cover, seperti di lagu Reminiscence, yang sampai dibuatkan lirik lagu oleh  yang meng-cover. Ini adalah salah satu cover lagu yang menurut saya terbaik . 

Saya merasa setelah menamatkan game ini saya mendapatkan pencerahan, terutama tentang nilai moral, yaitu persahabatan, pengorbanan dan ketulusan. Seperti persahabatan antara Riou dan Jowy dan Victor dan Flik. Dan pengorbanan dan ketulusan yang dilakukan oleh si Jowy untuk sahabatnya dan negaranya walaupun dianggap sebagai pengkhianat oleh yang lain. Saya harap suatu saat game ini apabila memang di remake , tolong remake game ini dengan baik tanpa meninggalkan aspek yang ada, terutama cerita yang sekompleks ini demi grafis yang keren semata.