Halo semuanya, setelah sekian lama saya tidak
menulis karena kebuntuan, akhirnya nulis lagi. Kali ini saya ingin membahas
salah satu game horror jaman PS1 masih berjaya yaitu Resident Evil 3 Nemesis.
Resident Evil 3 Nemesis, kalau di
Jepang dikenal dengan nama Bio Hazard 3 : The Last Escape adalah game keluaran
versi ke 3 dari Capcom yang dirilis untuk konsol Play Station / PS1 di
tahun 1999. Walaupun saya baru memainkan di tahun 2006. Hehehe lama sekali ya.
Game ini masih memakai engine yang sama dengan Resident Evil 2 ( RE 2) dengan
memakai fixed camera angles.
Game ini mengambil tempat dan
jalan cerita sebelum dan sesudah RE 2. Resident Evil 3 menceritakan tentang
seorang polisi wanita ( eks member STARS) bernama Jill Valentine yang terjebak
di Racoon City harus berjuang melawan para Zombie dan sebuah Bio Organic Weapon
( BOW ) yang bernama Nemesis.
Nemesis diciptakan untuk memburu
dan membunuh para anggota STARS yang masih hidup supaya aib yang dibuat oleh
Umbrella Corp agar mereka tidak disalahkan atas keterlibatan mereka atas
kehancuran kota yang satu ini.
Di perjalanannya, Jill akan bertemu
banyak hal, mulai dari bertemu Carlos Oliviera, yang bakal menjadi sidekicknya
di perjalanan nanti, karena Jill akan terinfeksi virus, dan si Carlos bakalan
kita mainkan sebentar untuk misi membawa serum karena Jill terinfeksi T-Virus. Perjuangan mereka untuk bisa keluar
dari Racoon City memang tidak mudah.
Karena saat berjuang agar bisa kabur
lewat Helikopter, ternyata Nemesis selalu menjadi batu sandungan. Selain karena
Helikopter dihancurkan oleh Nemesis memakai RPG, Nemesis bukan lawan yang mudah dikalahkan.
Saya mencoba memainkan lagi, dan sensasi saat bertemu dengan Nemesis masih sama
seperti saat memainkan game ini pertama, sama – sama menegangkan.
Dari segi gameplay, tidak banyak
perubahan dibanding Resident Evil 2 sebelumnya.
Game ini lebih mempertahankan segi action gameplay seperti di game
Resident Evil 2. Ada berbagai macam senjata yang bisa digunakan di setiap
ancaman yang berbeda. Salah satu senjata
yang saya suka adalah RPG dengan peluru asam ( warna kuning ) atau Es ( warna
biru ) karena sangat efektif dalam mengalahkan bos terakhir.
Untuk dunianya sendiri ditampilkan
dalam skala yang lebih luas dibandingkan game sebelumnya. Kalau di RE 2 kita
diajak untuk mengetahui kondisi awal terjadinya zombie menyerang Racoon City,
di RE 3 kita bakal diajak untuk melihat langsung kerusakan Racoon City yang
disebabkan oleh Umbrella Corp. Jadi saat memainkan Jill di RE 3, paling tidak
kita bakal merasa seperti saksi mata dari kehancuran kota ini.
Selain itu RE 3 membawa kita ke
tempat sebelumnya di RE 2, yaitu di kantor kepolisian Racoon City ( RPD ). Di
sini diperlihatkan apa yang terjadi setelah Petualangan Leon dan Claire. Yang
membedakan dengan RE 2 adalah tidak sekedar menjelajahi sudut ruangan yang
beberapa masih sama dengan sebelumnya, hanya puzzle yang digunakan saja yang
berbeda, dan hal – hal perubahan lainnya kalau kalian memainkan game ini
kembali. Keren pokoknya.
Satu hal yang jangan dilupakan. Apa
itu? Tentunya Nemesis!. Salah satu nilai jual daripada game ini, selain yang
menyebalkan karena susah dikalahkan tentunya. Kehadiran BOW yang satu ini
sungguh menyulitkan misi yang dijalani oleh Jill karena BOW ini selalu memburu Jill dan juga menggagalkan rencana Jill untuk
kabur, ingat saat Helikopter ditembak memakai RPG, Di kereta listrik tiba –
tiba saja muncul walaupun akhirnya memang dihadang oleh Nicholai agar Jill dan
Carlos bisa kabur, Dihadang di Jembatan dan masih banyak lagi pula.
Tidak bisa dipungkiri Nemesis menjadi
daya tarik dari game ini. Karena ada elemen kejutan di game ini. Dikejar terus
menerus membuat yang memainkan harus mencari jalan keluar agar bisa kabur dan
menyelamatkan diri. Membuat kita yang memainkan harus berpikir mengenai senjata
apa yang harus digunakan agar bisa mengalahkannya.
Memang sulit, tapi saya akui dengan
kehadiran Nemesis membuat game ini terasa seru dan menegangkan. Kalau bisa dibilang
Nemesis adalah salah satu musuh yang saya sukai dari beberapa game horror yang
sudah saya mainkan.
Berkat adanya Nemesis, di setiap pertemuan
dengannya, memberikan mekanisme unik yaitu bisa memilih keputusan mana yang
harus diambil, sebgai contoh saat di depan Kantor Polisi Racoon City, antara
memilih kabur masuk ke dalam kantor, atau memilih melawannya.
Pilihan ini memberikan keuntungan dan
kelemahan pula, misal seperti pilihan diatas, apabila memilih untuk melawan
lansung dan menang , dengan catatan main di mode hard , akan memberikan
komponen senjata tertentu, yang nantinya dikumpulkan / dicombine akan menjadi
sebuah senjata tertentu, yang jelas lupa senjata apa.
Salah satu perbaikan yang ada di game
ini dibanding game sebelumnya adalah Jill bisa menghindar. Dimana di game RE 2 Leon atau
Claire terlihat begitu lemah menghadapi para zombie yang tidak memiliki otak. Di
RE 3 Jill tampil sebagai karakter yang lebih cerdas dan lincah dalam menghadapi
para zombie maupun BOW.
Di game horror manapun pasti ada
namanya puzzle. Pada RE 3, puzzle yang menyebalkan menurut saya ada 2, yaitu
Water Level Puzzle dan Vaccine Puzzle. Di
Water Level Puzzle intinya hanya memastikan setiap bagian puzzle A, B dan C
dikombinasikan dan diatur sehingga bisa membentuk pola tertentu yang
dibutuhkan. Sangat menuntut Trial dan Error namun tidak ada tombol reset.
Sementara pada Vaccine Puzzle menurut
saya sedikit lebih mudah ketimbang Water Level Puzzle walaupun tetap
menyebalkan. Agar 3 keran kecil (keran I , II dan III ) dan 2 keran besar ( keran A dan B ) yang harus diputar agar 2
indikator bisa di level yang sama agar vaksin yang dibuat bisa sempurna, karena
digunakan untuk mengobati Jill yang terinfeksi T – Virus setelah diserang oleh
Nemesis.
Satu lagi yang membedakan dari game
ini adalah hanya ada 2 mode , yaitu easy dan hard. Memainkan mode easy, sudah
jelas pasti bisa lah, kalau sampai tidak tamat itu kebangetan, hehehe. Cupu. Memainkan mode Hard berarti harus siap dengan
senjata yang lebih sedikit dan terbatas amunisinya, bertemu dengan Nemesis yang
lebih ganas dan banyak tantangan lainnya.
Hal menyebalkan lainnya dalam
memainkan game ini adalah harus bolak balik dalam mengambil item dan tool
penting maupun senjata di beberapa
tempat. Capcom pasti mengerjai semua yang pernah memainkannya, itu sih yang
saya rasakan.
Terakhir dari saya. Fakta bahwa game klasik ini meninggalkan kesan di benak saya,
kenapa di Resident Evil 5 dan 6 tidak begitu terasa horror dan puzzlenya ??
Capcom terasa hanya memperkuat unsur Action saja tanpa memperhatikan unsur
cerita bahkan tidak berasa horror sama sekali.
Padahal cerita juga merupakan hal
penting dalam suatu game. Percuma grafis luar biasa bagus dan jernihnya kalau
cerita hanya biasa saja. Saya harap Resident
Evil selanjutnya bakal lebih baik dari segi cerita , horror dan gameplay yang
harus oke.
Terima kasih sudah membaca.