Saturday, November 26, 2016

Nostalgia Resident Evil 3 | Nemesis

Halo semuanya, setelah sekian lama saya tidak menulis karena kebuntuan, akhirnya nulis lagi. Kali ini saya ingin membahas salah satu game horror jaman PS1 masih berjaya yaitu Resident Evil 3 Nemesis.



Resident Evil 3 Nemesis, kalau di Jepang dikenal dengan nama Bio Hazard 3 : The Last Escape adalah game keluaran versi ke 3 dari Capcom  yang dirilis untuk konsol Play Station / PS1 di tahun 1999. Walaupun saya baru memainkan di tahun 2006. Hehehe lama sekali ya. Game ini masih memakai engine yang sama dengan Resident Evil 2 ( RE 2) dengan memakai fixed camera angles.



Game ini mengambil tempat dan jalan cerita sebelum dan sesudah RE 2. Resident Evil 3 menceritakan tentang seorang polisi wanita ( eks member STARS) bernama Jill Valentine yang terjebak di Racoon City harus berjuang melawan para Zombie dan sebuah Bio Organic Weapon ( BOW ) yang bernama Nemesis. 

Nemesis diciptakan untuk memburu dan membunuh para anggota STARS yang masih hidup supaya aib yang dibuat oleh Umbrella Corp agar mereka tidak disalahkan atas keterlibatan mereka atas kehancuran kota yang satu ini.



Di perjalanannya, Jill akan bertemu banyak hal, mulai dari bertemu Carlos Oliviera, yang bakal menjadi sidekicknya di perjalanan nanti, karena Jill akan terinfeksi virus, dan si Carlos bakalan kita mainkan sebentar untuk misi membawa serum karena Jill terinfeksi  T-Virus. Perjuangan mereka untuk bisa keluar dari Racoon City memang tidak mudah.

Karena saat berjuang agar bisa kabur lewat Helikopter, ternyata Nemesis selalu menjadi batu sandungan. Selain karena Helikopter dihancurkan oleh Nemesis memakai RPG,  Nemesis bukan lawan yang mudah dikalahkan. Saya mencoba memainkan lagi, dan sensasi saat bertemu dengan Nemesis masih sama seperti saat memainkan game ini pertama, sama – sama menegangkan.



Dari segi gameplay, tidak banyak perubahan dibanding Resident Evil 2 sebelumnya.  Game ini lebih mempertahankan segi action gameplay seperti di game Resident Evil 2. Ada berbagai macam senjata yang bisa digunakan di setiap ancaman yang berbeda.  Salah satu senjata yang saya suka adalah RPG dengan peluru asam ( warna kuning ) atau Es ( warna biru ) karena sangat efektif dalam mengalahkan bos terakhir.

Untuk dunianya sendiri ditampilkan dalam skala yang lebih luas dibandingkan game sebelumnya. Kalau di RE 2 kita diajak untuk mengetahui kondisi awal terjadinya zombie menyerang Racoon City, di RE 3 kita bakal diajak untuk melihat langsung kerusakan Racoon City yang disebabkan oleh Umbrella Corp. Jadi saat memainkan Jill di RE 3, paling tidak kita bakal merasa seperti saksi mata dari kehancuran kota ini.

Selain itu RE 3 membawa kita ke tempat sebelumnya di RE 2, yaitu di kantor kepolisian Racoon City ( RPD ). Di sini diperlihatkan apa yang terjadi setelah Petualangan Leon dan Claire. Yang membedakan dengan RE 2 adalah tidak sekedar menjelajahi sudut ruangan yang beberapa masih sama dengan sebelumnya, hanya puzzle yang digunakan saja yang berbeda, dan hal – hal perubahan lainnya kalau kalian memainkan game ini kembali. Keren pokoknya.



Satu hal yang jangan dilupakan. Apa itu? Tentunya Nemesis!. Salah satu nilai jual daripada game ini, selain yang menyebalkan karena susah dikalahkan tentunya. Kehadiran BOW yang satu ini sungguh menyulitkan misi yang dijalani oleh Jill karena  BOW ini selalu memburu  Jill  dan juga menggagalkan rencana Jill untuk kabur, ingat saat Helikopter ditembak memakai RPG, Di kereta listrik tiba – tiba saja muncul walaupun akhirnya memang dihadang oleh Nicholai agar Jill dan Carlos bisa kabur, Dihadang di Jembatan dan masih banyak lagi pula. 

Tidak bisa dipungkiri Nemesis menjadi daya tarik dari game ini. Karena ada elemen kejutan di game ini. Dikejar terus menerus membuat yang memainkan harus mencari jalan keluar agar bisa kabur dan menyelamatkan diri. Membuat kita yang memainkan harus berpikir mengenai senjata apa yang harus digunakan agar bisa mengalahkannya.

Memang sulit, tapi saya akui dengan kehadiran Nemesis membuat game ini terasa seru dan menegangkan. Kalau bisa dibilang Nemesis adalah salah satu musuh yang saya sukai dari beberapa game horror yang sudah saya mainkan.

Berkat adanya Nemesis, di setiap pertemuan dengannya, memberikan mekanisme unik yaitu bisa memilih keputusan mana yang harus diambil, sebgai contoh saat di depan Kantor Polisi Racoon City, antara memilih kabur masuk ke dalam kantor, atau memilih melawannya.



Pilihan ini memberikan keuntungan dan kelemahan pula, misal seperti pilihan diatas, apabila memilih untuk melawan lansung dan menang , dengan catatan main di mode hard , akan memberikan komponen senjata tertentu, yang nantinya dikumpulkan / dicombine akan menjadi sebuah senjata tertentu, yang jelas lupa senjata apa.

Salah satu perbaikan yang ada di game ini dibanding game sebelumnya adalah Jill  bisa menghindar. Dimana di game RE 2 Leon atau Claire terlihat begitu lemah menghadapi para zombie yang tidak memiliki otak. Di RE 3 Jill tampil sebagai karakter yang lebih cerdas dan lincah dalam menghadapi para zombie maupun BOW.

Di game horror manapun pasti ada namanya puzzle. Pada RE 3, puzzle yang menyebalkan menurut saya ada 2, yaitu Water Level Puzzle dan Vaccine Puzzle.  Di Water Level Puzzle intinya hanya memastikan setiap bagian puzzle A, B dan C dikombinasikan dan diatur sehingga bisa membentuk pola tertentu yang dibutuhkan. Sangat menuntut Trial dan Error namun tidak ada tombol reset.



Sementara pada Vaccine Puzzle menurut saya sedikit lebih mudah ketimbang Water Level Puzzle walaupun tetap menyebalkan. Agar 3 keran kecil (keran I , II dan III ) dan 2 keran besar  ( keran A dan B ) yang harus diputar agar 2 indikator bisa di level yang sama agar vaksin yang dibuat bisa sempurna, karena digunakan untuk mengobati Jill yang terinfeksi T – Virus setelah diserang oleh Nemesis.


Satu lagi yang membedakan dari game ini adalah hanya ada 2 mode , yaitu easy dan hard. Memainkan mode easy, sudah jelas pasti bisa lah, kalau sampai tidak tamat itu kebangetan, hehehe. Cupu.  Memainkan mode Hard berarti harus siap dengan senjata yang lebih sedikit dan terbatas amunisinya, bertemu dengan Nemesis yang lebih ganas dan banyak tantangan lainnya.

Hal menyebalkan lainnya dalam memainkan game ini adalah harus bolak balik dalam mengambil item dan tool penting  maupun senjata di beberapa tempat. Capcom pasti mengerjai semua yang pernah memainkannya, itu sih yang saya rasakan.



Terakhir dari saya. Fakta bahwa game  klasik ini meninggalkan kesan di benak saya, kenapa di Resident Evil 5 dan 6 tidak begitu terasa horror dan puzzlenya ?? Capcom terasa hanya memperkuat unsur Action saja tanpa memperhatikan unsur cerita bahkan tidak berasa horror sama sekali.

Padahal cerita juga merupakan hal penting dalam suatu game. Percuma grafis luar biasa bagus dan jernihnya kalau cerita hanya biasa saja.  Saya harap Resident Evil selanjutnya bakal lebih baik dari segi cerita , horror dan gameplay yang harus oke.  

Terima kasih sudah membaca.




Wednesday, November 16, 2016

Nostalgia Final Fantasy 8 | Meteor Garden-nya Final Fantasy

Para gamer 90-an termasuk saya, pasti inget dengan game Final Fantasy 8. Ya, salah satu game di mana Square Enix  (dulu bernama Squaresoft) selalu membuat game – game RPG yang keren (dan semoga Final Fantasy XV pun demikian).  Final Fantasy 8 adalah game RPG (Role Playing Games) yang diterbitkan khusus buat PS1 dan pada windows pula akhirnya.

Menceritakan  sekelompok tentara bayaran (yang disebut SeeD)  yang terjebak dalam suatu konflik internasional yang dbuat oleh seorang penyihir bernama Edea, dan berusaha menghentikan perang tersebut.


Menurut Wikipedia, dari 3 minggu awal rilis game ini , sudah terjual sebanyak 50 juta kopi. Sangat luar biasa. Final Fantasy versi ini mengalami banyak perubahan dibanding versi sebelumnya. Mulai dari segi cerita, desain karakter yang lebih fashionable, bahkan menurut saya karakter utamanya mirip dengan anggota  boyband. Bahkan theme songnya itu loh, masih terngiang di kepala saya. Hehe.

Dan untuk yang ingin memainkan game ini lagi, jangan khawatir karena sekarang sudah ada versi PC yang dirilis di steam. Hal ini menunjukkan bahwa game ini bisa bertahan di tengah gempuran game-game-game jaman sekarang dengan grafik yang sudah canggih.

Oke, berbeda dengan versi sebelumnya, di versi ini Squaresoft tampak mencoba hal baru, karena berani memasukkan unsur remaja ke dalamnya, baik dari segi cerita, karakter dan dunianya. Contoh aja si Squall, mirip banget kan dengan personil boyband korea, sangat fashionable.

Jala ceritanya adalah ada sebuah sekolah militer yang namanya  Balamb Garden dimana para siswanya dididik untuk menjadi prajurit militer bernama SeeD. Nah See Dini menjalankan misi khusus pesanan dari Client. Namun akhirnya SeeD sendiri untuk melawan sosok penyihir Edea yang bisa membahayakan dunia. Menurut saya Garden ini mirip sekolah sihir Hogwart, namun tetap ada sihir walaupun dengan kesan modern.


Penulisan cerita game ini lebih berpusat pada karakter utama si Squall dan pandangannya terhadap dunia sekitar dan perasaannya terhadap tokoh lain seperti apa,  bahkan si Squall  ngomong dalam hati pun kita bakalan tahu karena ada tulisannya. Seperti sinetron.

 Terutama pas romansa Squall dan Rinoa, yang saya rasa salah satu romansa yg epic di dunia RPG, romansa yang pas dan ga berlebihan. Walaupun di bagian lain ada plot di luar romansa yang dipaksakan.

Ngomongin karakter utama dalam semua Final Fantasy, menurut saya Cuma si Squall yang paling stylish dan ganteng. Selama saya main, saya merasa si Squall sebagai seorang yang dingin selama menjalankan misi, namun semua berubah semenjak ada si Rinoa datang dia menjadi lebih terbuka, karena begitulah jatuh cinta.

Ada sebabnya kenapa si Squall bisa sedingin itu, saya baca di wikipedia, Squall tumbuh dalam sebuah rumah yatim piatu bersama dengan beberapa karakter utama seperti Zell, Seifer, Selphie, Irvine dan Quistis.

Squall Cuma ingat beberapa kenangan masa lalunya, hal ini menyebabkan ia untuk mengembangkan penghilangan emosi, bocah dengan sifat tertutup (tujuan awal Squall adalah menjalani hidup tanpa hubungan emosional dan ketergantungan pada orang lain. Untuk karakter lainnya mungkin saya tulis di lain kesempatan karena lumayan kepanjangan kalau dibahas di sini.

Untuk gameplay, di Final Fantasy 8 ini berbeda sekali dengan versi sebelumnya karena pada Battle System ada yang namanya Junction. Junction yaitu dimana saat memakai (GF) Guardian Force tertentu bisa menggunakan skill magicnya juga seperti item atau equipment. Bahkan dengan GF tertentu bisa juga mendapatkan stats khusus pula, misal mendapatkan HP+ 40% dan sejenisnya.


Masing – masing GF yang disjunction memberikan kemampuan dan skill yang berbeda tergantung GF tersebut memakai elemen beserta magic yang digunakan.  Untuk beberapa orang, termasuk saya, system junction sangat rumit untuk dipahami jadi memang tidak mudah menemukan formula GF harus di-junction sama siapa harusnya.



Untuk dunia Final Fantasy 8 sendiri saya rasa sedikit ringan dan lebih cerah ketimbang seri sebelumnya. Saya rasa memang game ini untuk market yang lebih muda.  Selain itu dunia tersebut menawarkan dunia yang lumayan beragam. Ada kota Balamb, kota yang terletak di tepi pantai.

Ada pula Timber kota yang sering dilalui banyak jalur kereta api. Ada desa Winhill yang sunyi tapi sering diganggu monster. Ada  kota Esthar yang futuristik. Dan jangan lupa Deling City , kota yang menurut saya seperti Paris-nya Final Fantasy 8.



Selain itu yang selalu saya tunggu  adalah FMW yang ditampilkan. Bagus kok ceritanya, sayangnya FMW nya tampak terlalu kaku, terutama di model karakter , bentuknya rata –rata polygon. Kok rasanya seperti tempelan. Hehehe. Saya rasa kalo dipoles lebih baik saja FMW nya game ini bakal bagus banget, karena saya merasa muak lihat karakternya bermuka datar kotak – kotak. Walaupun dimaklumi untuk jaman segitu sudah sangat indah.

Yang terakhir tentu saja jangan lupa tentang musiknya. Terutama yang berjudul Eyes On Me. Lagu ini saking bagusnya di Youtube sampai banyak yang mengcover, dan sampai dinyanyikan di konser orkestranya Adi MS. Videonya ada di bawah ini .




Tetapi yang terbaik yang menyanyikan lagu ini adalah Faye Wong. Bahkan kalau kalian datang ke tempat karaoke saya jamin lagu ini pasti ada. Dan berdasarkan pengalaman pribadi saya , saya pernah kondangan ke acara pernikahan lagu ini sampai dinyanyikan. Amazing pokoknya. Serius.

Lagu ini memiliki lirik yang berhubungan dengan jalan cerita di dalam game. Benar-benar menggambarkan perasaan Squall ke Rinoa dan sebaliknya. Selain Eyes on Me, Music scoring-nya juga bagus dan epic sekali, karena ini adalah mahakarya dari composer Legendaris, Nobuo Uematsu, yang juga memegang music scoring dari versi sebelum sebelumnya.



Ingat bagaimana trio Laguna, Kiros, dan Ward bertarung dengan diiringi lagu “The Man with the Machine Gun”, dan juga “The Landing “ yang menjadi music score untuk pertempuran yang menegangkan di Dollet, atau music score “Balamb Garden” yang membuat kita yang mendengar serasa rileks sambil minum teh manis di kantin Balamb Garden.

Sampai hari ini saya masih menganggap Final Fantasy 8 yang paling baik diantara game – game Final Fantasy yang lain, beda tipis lah dengan yang Final Fantasy 9. Salah satu penyesalan saya akan game ini adalah saya baru sampai ke Disc 3 dan akhirnya rusaklah Disc tersebut karena suatu hal. Yang pasti kalau ada kesempatan saya pasti memainkannya lagi.

 Sumber :
1.https://id.techinasia.com/nostalgia-review-final-fantasy-viii.
2.https://id.techinasia.com/talk/opini-8-alasan-mengapa-final-fantasy-viii-adalah-final-fantasy-terbaik.
3.https://id.wikipedia.org/wiki/Squall_Leonhart
4.https://id.wikipedia.org/wiki/Final_Fantasy_VIII







Tuesday, November 15, 2016

Final Fantasy IX - Terlalu Manis Untuk Dilupakan.

           Halo semuanya, gamer 90-an pasti kenal ama game Final Fantasy IX, Seri ini adalah seri terakhir Final Fantasy untuk game PS1/PSX. Akhirnya setelah 16 tahun Square Enix merilis seri Final Fantasy terakhir Playstation 1 ini di PC menyusul Final Fantasy VII dan Final Fantasy VIII yang juga dirilis untuk platform PC pada tahun 1998 dan 2000.

Memainkan Final Fantasy IX tentu saja  membawa memori saya  kembali ke masa-masa remaja yang hilang dimakan waktu begitu saja. Walaupun keterbatasan waktu membuat saya tidak berkesempatan untuk menyelesaikan game  ini lagi, namun berbagai elemen yang dihadirkan di awal permainan sudah cukup untuk menghidupkan masa lalu kembali.


Game ini  memiliki alur cerita yang kompleks. Yaitu mengisahkan  seorang  protagonis yang bernama Zidane Tribal harus menculik seorang putri kerajaan Alexandria yang bernama Garnet Til Alexandros XVII (Garnet). Menyamar sebagai  kelompok sirkus, Zidane dan teman-temannya memulai rencana untuk menculik Putri Garnet. Belum jelas motif Zidane menculik Garnet. Namun penculikan Garnet oleh kelompok berandal ini merupakan titik awal konflik FF IX. 

Saya merasa cerita FF IX sendiri berbeda dari semua seri FF. Seperti  film kolosal, FF IX menghadirkan serangkaian adegan perang yang intens dan begitu mengunggah dan music score yang melegenda. Demikian juga di bagian karakter yang saya rasakan saat bermain sangat unik dan berwarna. Karena Zidane si karakter utama sebenarnya juga bukan orang baik-baik, berbeda dengan Squal (FF8 ) dan Cloud (FF7).

Selain itu ada Steiner yang  ahli pedang dan Salah satu pengawal kerajaan , Eiko dan Garnet yang bisa melakukan summon Guardian Force, Vivi yang memiliki skill BlackMage, Quina dengan skill BlueMage-nya, hingga Amarant ahli MartialArts dan Freiya dengan skill Dragon Warrior yang begitu handal. Namun dari semua saya merasa Vivi yang paling unik. Karena sampai sekarang saya tidak tahu mukanya kaya apa? Hehehe. Terbaik lah dia pokoknya.

Gameplay menjadi elemen yang menarik banyak gamer untuk mencicipi FF IX, tidak terkecuali saya.Baik FF VII dan FF VIII sempat menghilangkan fitur armor untuk mengkustomisasi level karakter. Fitur khas FF dalam pertarungan pun sempat absen di kedua seri FF futuristik sebelumnya. Nah, FF IX kembali menawarkan gameplay Final Fantasy klasik (era FF I-VI). Dengan menghadirkan pertarungan dengan slot empat karakter dan fitur battle yang khas, FF IX mendapat banyak pujian karena kembali konsisten mengaplikasikan sistem pertarungan FF rasa klasik. Gameplay yang gampang dipahami namun tetap keren.

Game ini memakai sistem battle turn-based, jadi mengatur strategi jelas merupakan hal yang wajib dilakukan. Urutan memilih serangan ditentukan berdasarkan bar Active Time Battle (ATB) yang ada di samping indikator HP dan MP. Kecepatan ATB ini juga ditentukan oleh statistik karaktermu. Nah salah satu yang menarik di game ini adalah adanya mode trance. Mode ini bakal terjadi kalau garis bar / bar trance terisi penuh.

Cara mengisinya yaitu dengan cara membuat karaktermu terkena damage. Walaupun kalau Zidane memasuki mode trance pasti membuat kita yag main minimal tersenyum, karena mirip monyet telanjang.

Oke sekarang mengenai dunia dari Final Fantasy IX itu sendiri. Dunia di game ini terdiri dari makhluk humanoid yang menyerupai hewan. Contohnya adalah si Zidane.  Setting di game ini adalah fantasi dengan bumbu steampunk di dalamnya, jadi jangan heran melihat berbagai teknologi yang mirip dengan teknologi seperti dalam kisah fiksi dengan setting era kerajaan Inggris. Yang jelas saya lupa di era apa. 


Di sini pasti menemukan kota modern yang dipenuhi dengan airship yang beterbangan seperti Lindbulm, kota yang selalu diselimuti malam dengan kehidupan borju seperti Treno, atau desa yang sangat damai dan pastinya bisa menjadi tempat pensiun yang sempurna seperti Dali. Melalui penggambaran dunianya, Saya merasa game ini  memberikan kesan terhadap jenis atmosfer yang menarik yang jarang ditemukan dalam satu game. 

Banyaknya hal yang bisa dilakukan mulai dari bertarung melawan monster, bermain mini game kartu yang keren, mengumpulkan berbagai item, sampai membuka rahasia-rahasia lain dalam cerita membuat dunia Final Fantasy IX menjadi dunia yang  seru untuk dijelajahi.
Eh iya enaknya lagi di game ini bisa nge-save di jalan saat melakukan misi, yaitu bertemu dengan para Mogs, dan tentu bisa membeli item dari mereka juga, ibaratnya mereka buka lapak di situ ya, hehe..strategi marketing yang baik. Jadi kalau kehabisan tidak usah repot membeli di item shop.
Di tahun 2000-an awal , cutscene tidak bisa disampaikan dengan halus dan keren layaknya yang bisa kita temukan di game modern zaman sekarang. Jadi kalau ada adegan FMW bisa dianggap merupakah bonus dan hal yang dinanti-nanti. Di zamannya, Final Fantasy IX bisa dibilang merupakan salah satu game dengan kualitas penyampaian cerita paling epik. Saya jadi kangen masa-masa dulu awal-awal memainkannya. Sampai-sampai saya dicariin sama emak saya sambal bawa sapu lidi di Rental PS. Hehehe

Sebagai game yang lahir di tahun 2000, Final Fantasy IX menurut saya salah satu game yang memiliki grafis paling bagus di PS1. Game ini tidak terlihat terlalu kotak-kotak walaupun sudah 3D. Yyang membuat grafis di Final Fantasy IX betul-betul spesial bukanlah dari objek-objek 3D yang ada di game, melainkan pre-rendered background yang dimilikinya. Kualitas pre-rendered background di Final Fantasy IX dibuat dengan detail yang cukup menarik. 
Dan tidak lupa pula mengenai Music dari game ini yang bener-bener melegenda. Musiknya dibuat oleh Nobuo Uematsu, salah satu composer legendaris asal Jepang yang membuat musik-musik di FF IX luar biasa bagus dan memorable.  Saking bagusnya Musik FF IX  mendapat beberapa penghargaan khusus di Jepang. Bahkan, lagu tema FF IX--"Melodies of Life"--dinyanyikan oleh penyanyi lawas Emiko Shiratori

Bahkan beberapa set playlist musik FF IX sempat dibawakan dalam pertunjukan orkestra Addie MS yang dihelat pada tahun 2006 silam dalam konser yang bertajuk "Beginning of Fantasy".  Dan ada satu lagu lagi yang sampai dicover dan dibuatkan lirik oleh Kate Covington. Hasilnya sangat  luar biasa, dan hingga saat ini mungkin bisa dianggap sebagai salah satu cover OST Final Fantasy terbaik yang pernah ada.


Lagu ini bercerita tentang sorang Beatrix, seorang pengawal pribadi Queen Brahne.  Ia digambarkan sebagai seorang wanita yang cantik, jago pedang, namun harus mengorbankan perasaannya sendiri demi menjalankan tugasnya.

Setidaknya saya bahagia waktu remaja bisa memainkan game ini walaupun baru di tahun 2005 bisa memainkan. Tentunya music di game ini mengobati rasa kangen saya sampai-sampai saya download dan selalu saya putar di HP. Dan tentunya game ini akan saya mainkan kembali. Pasti.
Sumber :