Tuesday, November 15, 2016

Final Fantasy IX - Terlalu Manis Untuk Dilupakan.

           Halo semuanya, gamer 90-an pasti kenal ama game Final Fantasy IX, Seri ini adalah seri terakhir Final Fantasy untuk game PS1/PSX. Akhirnya setelah 16 tahun Square Enix merilis seri Final Fantasy terakhir Playstation 1 ini di PC menyusul Final Fantasy VII dan Final Fantasy VIII yang juga dirilis untuk platform PC pada tahun 1998 dan 2000.

Memainkan Final Fantasy IX tentu saja  membawa memori saya  kembali ke masa-masa remaja yang hilang dimakan waktu begitu saja. Walaupun keterbatasan waktu membuat saya tidak berkesempatan untuk menyelesaikan game  ini lagi, namun berbagai elemen yang dihadirkan di awal permainan sudah cukup untuk menghidupkan masa lalu kembali.


Game ini  memiliki alur cerita yang kompleks. Yaitu mengisahkan  seorang  protagonis yang bernama Zidane Tribal harus menculik seorang putri kerajaan Alexandria yang bernama Garnet Til Alexandros XVII (Garnet). Menyamar sebagai  kelompok sirkus, Zidane dan teman-temannya memulai rencana untuk menculik Putri Garnet. Belum jelas motif Zidane menculik Garnet. Namun penculikan Garnet oleh kelompok berandal ini merupakan titik awal konflik FF IX. 

Saya merasa cerita FF IX sendiri berbeda dari semua seri FF. Seperti  film kolosal, FF IX menghadirkan serangkaian adegan perang yang intens dan begitu mengunggah dan music score yang melegenda. Demikian juga di bagian karakter yang saya rasakan saat bermain sangat unik dan berwarna. Karena Zidane si karakter utama sebenarnya juga bukan orang baik-baik, berbeda dengan Squal (FF8 ) dan Cloud (FF7).

Selain itu ada Steiner yang  ahli pedang dan Salah satu pengawal kerajaan , Eiko dan Garnet yang bisa melakukan summon Guardian Force, Vivi yang memiliki skill BlackMage, Quina dengan skill BlueMage-nya, hingga Amarant ahli MartialArts dan Freiya dengan skill Dragon Warrior yang begitu handal. Namun dari semua saya merasa Vivi yang paling unik. Karena sampai sekarang saya tidak tahu mukanya kaya apa? Hehehe. Terbaik lah dia pokoknya.

Gameplay menjadi elemen yang menarik banyak gamer untuk mencicipi FF IX, tidak terkecuali saya.Baik FF VII dan FF VIII sempat menghilangkan fitur armor untuk mengkustomisasi level karakter. Fitur khas FF dalam pertarungan pun sempat absen di kedua seri FF futuristik sebelumnya. Nah, FF IX kembali menawarkan gameplay Final Fantasy klasik (era FF I-VI). Dengan menghadirkan pertarungan dengan slot empat karakter dan fitur battle yang khas, FF IX mendapat banyak pujian karena kembali konsisten mengaplikasikan sistem pertarungan FF rasa klasik. Gameplay yang gampang dipahami namun tetap keren.

Game ini memakai sistem battle turn-based, jadi mengatur strategi jelas merupakan hal yang wajib dilakukan. Urutan memilih serangan ditentukan berdasarkan bar Active Time Battle (ATB) yang ada di samping indikator HP dan MP. Kecepatan ATB ini juga ditentukan oleh statistik karaktermu. Nah salah satu yang menarik di game ini adalah adanya mode trance. Mode ini bakal terjadi kalau garis bar / bar trance terisi penuh.

Cara mengisinya yaitu dengan cara membuat karaktermu terkena damage. Walaupun kalau Zidane memasuki mode trance pasti membuat kita yag main minimal tersenyum, karena mirip monyet telanjang.

Oke sekarang mengenai dunia dari Final Fantasy IX itu sendiri. Dunia di game ini terdiri dari makhluk humanoid yang menyerupai hewan. Contohnya adalah si Zidane.  Setting di game ini adalah fantasi dengan bumbu steampunk di dalamnya, jadi jangan heran melihat berbagai teknologi yang mirip dengan teknologi seperti dalam kisah fiksi dengan setting era kerajaan Inggris. Yang jelas saya lupa di era apa. 


Di sini pasti menemukan kota modern yang dipenuhi dengan airship yang beterbangan seperti Lindbulm, kota yang selalu diselimuti malam dengan kehidupan borju seperti Treno, atau desa yang sangat damai dan pastinya bisa menjadi tempat pensiun yang sempurna seperti Dali. Melalui penggambaran dunianya, Saya merasa game ini  memberikan kesan terhadap jenis atmosfer yang menarik yang jarang ditemukan dalam satu game. 

Banyaknya hal yang bisa dilakukan mulai dari bertarung melawan monster, bermain mini game kartu yang keren, mengumpulkan berbagai item, sampai membuka rahasia-rahasia lain dalam cerita membuat dunia Final Fantasy IX menjadi dunia yang  seru untuk dijelajahi.
Eh iya enaknya lagi di game ini bisa nge-save di jalan saat melakukan misi, yaitu bertemu dengan para Mogs, dan tentu bisa membeli item dari mereka juga, ibaratnya mereka buka lapak di situ ya, hehe..strategi marketing yang baik. Jadi kalau kehabisan tidak usah repot membeli di item shop.
Di tahun 2000-an awal , cutscene tidak bisa disampaikan dengan halus dan keren layaknya yang bisa kita temukan di game modern zaman sekarang. Jadi kalau ada adegan FMW bisa dianggap merupakah bonus dan hal yang dinanti-nanti. Di zamannya, Final Fantasy IX bisa dibilang merupakan salah satu game dengan kualitas penyampaian cerita paling epik. Saya jadi kangen masa-masa dulu awal-awal memainkannya. Sampai-sampai saya dicariin sama emak saya sambal bawa sapu lidi di Rental PS. Hehehe

Sebagai game yang lahir di tahun 2000, Final Fantasy IX menurut saya salah satu game yang memiliki grafis paling bagus di PS1. Game ini tidak terlihat terlalu kotak-kotak walaupun sudah 3D. Yyang membuat grafis di Final Fantasy IX betul-betul spesial bukanlah dari objek-objek 3D yang ada di game, melainkan pre-rendered background yang dimilikinya. Kualitas pre-rendered background di Final Fantasy IX dibuat dengan detail yang cukup menarik. 
Dan tidak lupa pula mengenai Music dari game ini yang bener-bener melegenda. Musiknya dibuat oleh Nobuo Uematsu, salah satu composer legendaris asal Jepang yang membuat musik-musik di FF IX luar biasa bagus dan memorable.  Saking bagusnya Musik FF IX  mendapat beberapa penghargaan khusus di Jepang. Bahkan, lagu tema FF IX--"Melodies of Life"--dinyanyikan oleh penyanyi lawas Emiko Shiratori

Bahkan beberapa set playlist musik FF IX sempat dibawakan dalam pertunjukan orkestra Addie MS yang dihelat pada tahun 2006 silam dalam konser yang bertajuk "Beginning of Fantasy".  Dan ada satu lagu lagi yang sampai dicover dan dibuatkan lirik oleh Kate Covington. Hasilnya sangat  luar biasa, dan hingga saat ini mungkin bisa dianggap sebagai salah satu cover OST Final Fantasy terbaik yang pernah ada.


Lagu ini bercerita tentang sorang Beatrix, seorang pengawal pribadi Queen Brahne.  Ia digambarkan sebagai seorang wanita yang cantik, jago pedang, namun harus mengorbankan perasaannya sendiri demi menjalankan tugasnya.

Setidaknya saya bahagia waktu remaja bisa memainkan game ini walaupun baru di tahun 2005 bisa memainkan. Tentunya music di game ini mengobati rasa kangen saya sampai-sampai saya download dan selalu saya putar di HP. Dan tentunya game ini akan saya mainkan kembali. Pasti.
Sumber :

1 comment:

  1. Bener banget thor. Terbaiklah. Lebih suka cerita Garnet-Zidane Dr segi cerita juga gak seberat FF 7 yg merupakan seri terbaik.

    ReplyDelete